Tuesday 22 April 2014

Perbandingan Fitur Nikon D5200 dengan D3200

Kita lihat SLR mana yang menjadi pilihan Anda bila di suguhkan Niko D5200 dan Nikon D3200, karena keduanya memiliki kelebihan masing-masing. Berikut saya akan coba uraikan kelebihan dan kekurangan dari 2 produk besutan Nikon ini.

Nikon D5200 merupakan kamera untuk pemula yang sangat menarik. Menjanjikan gambar beresolusi tinggi dengan kualitas foto dan video yang baik. Cocok untuk pehobi serius yang ingin mengekplorasi foto maupun video. Dengan 39 AF Point, autofokus Nikon D5200 bisa bekerja dengan cepat dan akurat. Sayangnya, buffer-nya terlalu kecil sehingga kamera kurang maksimal di mode continuous-drive.

Nikon D3200 sangat Cocok untuk pemula yang menginginkan kamera DSLR harga terjangkau dengan resolusi tinggi dan feature perekam video yang baik. Ukuran Nikon D3200 yang kecil membuat beban jadi terasa lebih ringan, teman yang sempurna untuk pehobi foto atau perjalanan sebagai perekam kenangan yang andal. Untuk belajar, kamera ini menyediakan semua pilihan pengaturan manual dengan sistem pengoperasian yang intuitif. Sri Sadono - Editorial Officer CFVD.
Nikon D5200 dan D3200
Sekilas, kedua kamera keluaran Nikon ini cukup mirip. Apalagi kalau dilihat dari atas dan depan. Ukurannya pun hampir sama. Tapi, keduanya sebenarnya mewakili dua kelas yang berbeda. Nikon D3200 untuk kelas entry level, D5200 untuk kelas advanced beginner. Karena itu, D5200 menawarkan sejumlah feature dengan spesifikasi di atas D3200. Sama-sama menggunakan sensor CMOS berstandar APS-C, keduanya dirancang untuk menghasilkan gambar beresolusi 24 Megapixel. Prosesor yang dipakainya pun sama, generasi Expeed 3. Sama seperti yang dipakai pada D7100 atau seri profesional D800. Kalau sensitivitas sensor D5200 bisa diperluas hingga ISO 25600, sedangkan di D3200 hanya sampai ISO 12800.

Walaupun layar LCD sama-sama berukuran 3,0 inci dengan resolusi 921.000 Pixel, feature yang ada di D5200 terasa lebih istimewa karena layarnya membawa konsep swivel. Layar LCD pada D5200 yang dapat ditarik ke samping dapat diputar sangat fleksibel ke segala arah. Dalam sumbu vertikal bisa diputar hingga 2700. Fasilitas tersebut sangat membantu pengguna dalam bermain angle. Gambar dengan sudut-sudut pemotretan yang sulit dan unik bisa dikerjakan dengan mudah. Fitur tersebut makin menyenangkan saat dikombinasikan dengan teknologi Live View-nya yang bisa diaktifkan dengan cepat dengan tombol pengumpil baru yang ada di sebelah tombol mode pemotretan. Tombol tersebut ergonomis, pengoperasiannya pun halus dan nyaman.

Yang jadi masalah, auto fokus di mode Live View masih terasa cukup lambat sehingga kurang nyaman saat dipakai untuk melakukan snapshot. Walaupun layarnya tidak bisa dirotasi, pengguna D3200 masih tetap diberikan feature Live View. Di mode Live View, performa auto fokus keduanya hampir sama. Bagaimanapun, memotret dengan memakai viewfinder jauh lebih nyaman karena auto fokusnya bakal bekerja lebih optimal.

Lebih dalam tentang auto fokus, perbedaan kelas antara D5200 dengan D3200 jelas terlihat di sini. Kalau D5200 memiliki 39 AF point dengan 9 diantaranya berupa cross type sensor, D3200 hanya memiliki 11 AF point. Untuk merekam foto tunggal dengan objek yang diam, perbedaan feature tersebut memang tidak berasa. Untuk foto tunggal dengan objek diam, kecepatan auto fokus keduanya terbilang baik. Memuaskan. Namun, saat pemotretan menggunakan mode continuous-servo AF untuk objek bergerak, kecepatan dan akurasi auto fokus D5200 bekerja jauh lebih baik.

Kualitas Gambar 
Bagi peminat kedua kamera ini, yang patut dicermati adalah kinerja prosesor Expeed 3 yang sudah lebih dulu dipakai di D800. Tidak hanya berperan besar dalam menghasilkan gambar dengan resolusi yang sangat tinggi, prosesor tersebut punya pengaruh signifikan pada kualitas gambar.

Untuk ukuran kamera DSLR entry level, redaksi CFVD cukup terkesan dengan D3200 saat memakainya untuk memotret pertunjukan Sirkus Barock dan Sawung Jabo di Taman Ismail Marzuki, 31 Mei 2013. Untuk pemotretan panggung, kamera DSLR kelas paling bawah ini masih bisa mendapatkan gambar yang baik di ISO 800. Saat sensitivitasnya dinaikkan ke ISO 1600, hasilnya masih memuaskan. Noise sudah cukup banyak di ISO 3200, tapi ketajaman gambarnya masih cukup baik. Dalam hal ini, D5200 memang memiliki tingkat noise yang lebih rendah di ISO 3200.

Di pengujian ini, D5200 dipasangkan dengan lensa AF-S Nikkor 18-55 mm f/3.5-5.6 GII ED. Sedangkan D3200 dipasangkan dengan lensa AF-S Nikkor 18-55 mm f/3.5-5.6 G. Dengan lensa yang berbeda tersebut, ketajaman yang dihasilkan D5200 terlihat sedikit lebih baik dibanding D3200. Namun secara umum, ketajamanan kedua kamera ini masih bisa dibilang kurang maksimal. Dengan resolusinya yang sangat tinggi,  saat hasil fotonya diperbesar terlihat filter noise-nya bekerja cukup agresif. Hal tersebut membuat detail gambarnya sedikit soft. Khususnya gambar dari D3200.
Kualitas Nikon D5200
Untungnya, pemakaian prosesor Expeed 3 secara nyata mampu meningkatkan dynamic range kamera. Hasilnya dapat dilihat langsung pada dua foto hitam putih dengan objek Museum Sejarah Jakarta yang diambil dengan Nikon D5200 di samping ini. Satunya, foto dengan objek Museum Prasasti di Tanah Abang yang diambil dengan D3200 di halaman sebelumnya. Dengan mengatur parameter Active D-Lighting  di pilihan Extra High, gambar yang dihasilkan pada situasi berkontras tinggi tetap memiliki detail yang baik di sisi gelap maupun terangnya. Perhatikan foto di samping ini yang diambil pada pukul 13.00 WIB. Detail lantai yang terkena sinar matahari langsung masih tetap terekam dengan cukup baik, sedangkan bagian dinding di belakang yang tidak terkena sinar matahari detailnya juga terekam dengan sangat baik.

Walaupun resolusinya besar, D5200 maupun D3200 tidak menyediakan buffer yang juga besar. Tipikal kamera untuk pemula. Hal tersebut langsung terasa begitu kita menggunakan mode Continuous-Drive. Walaupun memiliki kecepatan 5 frame per detik, kalau memakai format RAW D5200 hanya bisa merekam 4-5 foto. Dengan format JPEG, baru bisa merekam hingga 15 frame secara kontinu. Dalam hal ini, performa D3200 justru lebih baik. Untuk format RAW+JPEG, kamera entry level tersebut bisa merekam hingga 7 frame.
Kualitas Nikon D3200
Performa Video Full HD
Keuntungan adanya feature swivel LCD di D5200 sangat terasa saat kita menjalankan feature perekam video. Melihat layar saat merekam jadi lebih nyaman dan fleksibel dibanding layar di D3200. Perbedaan signifikan lainnya pada feature perekam video keduanya terletak di frame rate-nya. Sama-sama menghasilkan video Full HD 1080P, D5200 menyediakan pilihan frame rate hingga 60 frame per detik. Sedangkan, D3200 hanya 30 frame per detik.

Untuk ukuran DSLR entry level, rekaman video dari D3200 terbilang memiliki transisi gambar yang halus. Noise gambar saat dipakai untuk merekam video di dalam ruangan juga terbilang cukup rendah. Hanya saja,  saat merekam video perlu dihindari untuk menggerakkan kamera terlalu cepat karena bisa menimbulkan adanya “jello effect”. Dengan D5200, efek seperti itu sudah tidak ditemukan lagi. Hal tersebut membuat detail video yang dihasilkan oleh D5200 terlihat lebih baik.

Yang sangat menarik, baik di D5200 maupun D3200 pengguna sudah bisa mengontrol volume audio di mode perekam video secara manual. Untuk mendapatkan rekaman suara yang lebih maksimal di mode video, Nikon juga memberikan interface untuk pemakaian mikrofon eksternal pada dua kamera tersebut.

Untuk mendapatkan rekaman video dengan efek yang lebih menarik, baik di D5200 atau D3200 pengguna dapat mengatur pilihan aperture dan kecepatan shutter secara manual. Sebelum memakainya hanya perlu memilih mau menggunakan mode movie dalam pilihan otomatis atau manual saja. Di D3100, pengguna hanya bisa merekam video dalam mode otomatis.
Spesifikasi Nikon D5200 dan D3200
Bagaimana setelah Anda baca uraian di atas, apakah sudah tentuin pilihan Anda? Jika sudah silahkan anda beli produk ini di toko-toko oline Indonesia terutama di http://www.pricearea.com/store/elevenia.co.id-29860, Selain menemukan produknya di elevenia.co.id juga menjual aksesoris kamera lainnya.

0 comments:

Post a Comment